Fase dan Teknik yang Efektif dalam Belajar
The
Liang Gie (1983:12) membagi fase belajar ke dalam dua fase yaitu fase persiapan
belajar dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut cara atau teknik
belajar tersendiri.
1. Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan
fase sebelum belajar, landasar utama bagi pembentukan cara belajar yang baik
adalah sikap mental yang baik, yaitu sikap mental yang ditumbuhkan dan
dipelihara dengan sebaik-baiknya agar siswa mempunyai kesadaran berupa
kesediaan mental. Tanpa kesediaan mental siswa dalam belajar tidak akan
bertahan menghadapi berbagai macam kesukaran, terutama pada saat siswa dihadapi
paa berbagai masalah yang harus dipecahkan.
Sikap mental yang
perlu diusahakan oleh setiap siswa dalam rangka persiapan belajar
sekurang-kurangnya mencakup empat segi, yaitu: Tujuan belajar, minat terhadap
pelajaran, kepercayaan paa diri sendiri dan keuletan.
a. Tujuan Belajar
Belajar di sekolah
perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan
dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh
siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran, seperti apa yang dijelaskan
Winarno Surachman (1994:99) bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih
dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan
siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan tujuan
itu.”
b. Minat terhadap mata
pelajaran
Setiap siswa
seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti,
karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam
usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah
“keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga
membentunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu.”
Materi pelajaran dapat
dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi
materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi
pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang
disampaikan.
c. Kepercayaan kepada
diri sendiri
Setiap siswa perlu
yakin mereka mempunyai kemampuan kepercayaan kepada diri sendiri perlu dipupuk
sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata pelajaran yang
tidak dapat dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.
d. Keuletan
Hidup seorang siswa
selama belajar di sekolah penuh kesukaran-kesukaran, oleh karena itu setiap
siswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk
keuletan tersebut hendaknya siswa selalu menganggap setiap persoalan muncul
sebagai tantangan yang harus diatasi.
Materi pelajaran yang
diberikan guru di sekolah masih mengharuskan siswa melaksanakan aktifitas
mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman
Hudoyo (1989:15) menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar
pasif saja menerima apa yang diberikan. Dapat mengharapkan jika siswa aktif
melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, anak itu akan mengerti
konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep
tersebut dikonteks yang lain.”
2. Fase Proses Belajar
Fase
ini sangat menentukan seorang siswa berhsail tidaknya di sekolah, pada fase
proses belajar ini dituntut kepada siswa untuk menerapkan cara-cara belajar
yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini antara
lain:
a. Pedoman dalam
belajar
Pedoman dalam belajar
perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar. Karena
setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi
suksesnya usaha tersebut. Demikian pula dalam belajar, The Liang Gie (1983:13)
mengemukakan bahwa: “Prinsip-prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut
tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan konsentrasi.”
Keteraturan dalam
belajar sangat penting artinya, bila siswa ingin belajar dengan baik, maka
hendaknya siswa dapat menjadikan keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal
pokok sesuai dengan saran Al-Falasany (1992:15) bahwa: “Keteraturan belajar
adalah pangkal utama dari cara belajar yang baik.”
Di dalam belajar siswa
akan berhadapan dengan bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha
belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat
mengatasi semua hal itu, Al-Falasany (1992:15) mengemukakan bahwa dengan
kemauan yang keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan
gangguan yang mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi.
Setelah faktor
keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat
diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa
konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran.
b. Cara mengikuti
pelajaran
Untuk dapat mengikuti
pelajaran dengan baik di sekolah, maka diharapkan kepada siswa agar dapat
memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi pelajaran yangs edang disajikan
oleh guru. Karena seperti ET Ruseffendi (1982:18) mengemukakan bahwa:
“Anak-anak harus belajar berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak
indera yang dipakai makin efedien anak belajar.”
Siswa akan memperoleh
pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan
tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada
penjelasan yang kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika siswa
aktif melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar siswa itu akan
mengerti konsep yang lebih baik.
Namun untuk
mempermudah siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah, sebaiknya
siswa sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi
sebelumnya, karena Herman Hudoyo (1989:18) menekankan bahwa: “Pada waktu siswa
mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah memahami
konsep-konsep tersebut, siswa perlu berorientasi dengan pengalaman yang
lampau.”
c. Cara mengulangi
materi pelajaran/membaca buku
Setelah di sekolah
siswa mengikuti pelajaran dengan baik, tentu usaha siswa untuk mendapat
pengertian tentang konsep materi pelajaran dengan baik tidak cukup sampai di
sini, tetapi siswa perlu lagi mengkaji, mengulangi dan membaca kembali materi
tersebut.
Belajar memang tidak
lepas dari membaca dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita
bayangkan. Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga
menulis. Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat
menghemat waktu dan belajar lebih banyak.
Banyak siswa sekolah
menengah maupun mahasiswa masih mempunyai kebiasaan yang jelek. Mereka membaca
sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan tertentu
lebih-lebih dengn bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat merefleksikan
apa yang telah dibaca.
Kesukaran belajar
banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang
menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata
dengan buku atau tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sudarmanto (1993:35) yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+
30 cm). Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada
ketidak-beresan dengan mata.”
Adapun tujuan yang
dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali pelajaran di rumah itu adalah untuk
memperkuat ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo (1989:27)
menegaskan bahwa: “Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa
harus mencari jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.”