Pengertian dan Hakekat Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang dilakukan oleh manusia. Tarigan (1983:15) menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tarigan (1984:15) menyatakan bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, semantik, dan lingkungan sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat dikatakan sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Laksono (1982:25), bahwa berbicara atau bertutur adalah perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Berbicara adalah proses berpikir dan bernalar. Pembelajaran berbicara dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar. Pendapat lain mengemukakan, “Berbicara adalah keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan pada orang lain” (Mukhsin dalam Carolina, 2001:18).
Sabarti dkk. (dalam Bukian, 2004:15) menyatakan, “Berbicara adalah peristiwa atau proses penyampaian gagasan secara lisan.” Sejalan dengan itu, Tarigan (1991:132) menegaskan, “Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasan lisan.”
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif lisan. Dikatakan produktif karena orang yang berbicara (pewicara) dituntut untuk menghasilkan paparan secara lisan yang merupakan cermin dari gagasan, perasaan, dan pikiran yang disampaikan kepada orang lain.
“Berbicara pada hakikatnya merupakan proses komunikasi, sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain”. Zamzani dan Haryadi, (1996 : 54). Berbicara merupakan bentuk perilaku yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara orang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh lain seperti kepala, tangan, dan roman muka dimanfaatkan dalam berbicara. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi misalnya, tidak hanya berpengaruh pada kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap, tetapi berpengaruh juga terhadap keruntutan bahan pembicaraan. Berbicara tidak lepas dari faktor neurologis yaitu jaringan syaraf neuron yang menghubungkan otak kecil dan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna serta faktor linguistik yang berhubungan dengan struktur bahasa yang selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan alat ucap kata-katanya harus disusun agar menjadi lebih bermakna. Zamzani dan Haryadi, (1996 : 56). Selanjutnya menurut Stewart dan Kenner Zimmer dalam Zamzani dan Haryadi, (1996 : 56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok.
Berbicara merupakan hal mudah namun bukanlah hal sepele, akan tetapi berbicara dengan memperhatikan langkah-langkah berbicara itu yang dianggap mudah dan baik.
“Berbicara merupakan cara berkomunikasi bagi manusia sebagai makhluk sosial yaitu suatu tindakan saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan dan mengekspresikannya”. Tarigan, (1984 : 67). Oleh karena itu dalam tindakan sosial suatu masyarakat dalam menghubungkan sesama anggota masyarakat tersebut diperlukan komunikasi. Pengajaran berbicara perlu memperhatikan dua faktor yang mendukung ke arah tercapainya pembicaraan yang efektif yaitu (1) faktor kebahasaan seperti ; (a). pelafalan bunyi bahasa, (b). penggunaan intonasi, (c). pemilihan kata dan ungkapan, (d). penyesuaian kalimat paragraf. Sementara faktor yang kedua yaitu faktor non kebahasaan meliputi ; (a). ketenangan dan kegairahan, (b). keterbukaan, (c). keintiman, (d). isyarat non verbal, dan (e). topik pembicaraan. Haryadi dan Zamzani, (1996 : 61).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kegiatan berkomunikasi secara lisan yang di dalamnya berisi penyampaian pesan dari sumbernya ke tempat lain dan kadang kala disertai gerak serta mimik (ekspresi) sesuai dengan apa yang dibicarakan oleh pembicara.