Pengertian dan Sejarah Model Pembelajaran Matematika Realistik

Sejarah Model Pembelajaran Matematika Realistik

Pada tahun 1973, Freudental memperkenalkan suatu model baru dalam pembelajaran matematika yang akhirnya dikenal dengan nama RME (Realistic Mathematic Education) atau diistilahkan sebagai Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). PMR awalnya dikembangkan di Negara Belanda, model ini didasarkan pada konsep Freudental yang berpendapat bahwa matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia. PMR bertolak dari masalah-masalah kontekstual, siswa aktif, dan guru berperan sebagai fasilitator. Anak bebas mengeluarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya. Sedangkan guru membantu membandingkan ide-ide tersebut serta membimbing siswa mengambil keputusan tentang ide terbaik untuk mereka.

Model pembelajaran matematika realistik diketahui sebagai model yang telah berhasil di Nederland. Ada suatu hasil yang menjanjikan dari penelitian kuantitatif dan kualitatif yang telah menunjukan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran dengan PMR mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam aplikasi ( Beeker dan Selter, dalam Tresna, 2008).

Pengembangan pembelajaran matematika dengan PMR merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran matematika, terutama di Negara asalnya yaitu Belanda. Telah dilakukan selama tidak kurang dari 36 tahun, telah membawa hasil bahwa 75% sekolah-sekolah di negeri Belanda telah menggunakan model pembelajaran matematika realistik. (Treffers, dalam Tresna, 2008).

Pengertian Model Pembelajaran Matematika Realistik

Berikut ini beberapa definisi tentang Model Pembelajaran Matematika Realistik:

  1. Hadi (2005) menyatakan Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah ”pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada yang lalu”.
  2. Menurut Suyitno (Ariyanti, 2008) Model Pembelajaran Matematika Realistik adalah ’model pembelajaran matematika di sekolah yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi kehidupan peserta didik’.
  3. Menurut Zulkardi (Ariyanti, 2008) Model Pembelajaran Matematika Realistik adalah:

Teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal real bagi siswa, menekankan keterampilan ’process of doing mathematics’ berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing) sebagai kebalikan dari teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik individual maupun kelompok.

Jadi, Model Pembelajaran Matematika Realistik adalah model pembelajaran matematika di sekolah yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata atau sesuatu yang dapat dibayangkan oleh peserta didik yang bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga siswa mempunyai konsep awal tentang ide-ide matematika.

Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari. Dalam PMR, dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika. ’Dunia nyata adalah segala sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika, atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita (Blum & Niss, dalam Hadi, 2005)’.