Prinsip-prinsip Utama Model Pembelajaran Matematika Realistik
Prinsip-prinsip model pembelajaran matematika realistik menurut Gravemeijer (Tresna, 2008) adalah sebagai berikut :
a. Penemuan terbimbing dan proses matematisasi yang kian meningkat.
Prinsip ini menghendaki bahwa dalam PMR, dari masalah kontekstual yang diberikan oleh guru di awal pembelajaran, kemudian dalam menyelesaikan masalah siswa diarahkan dan diberi bimbingan terbatas, sehingga siswa mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika itu ditemukan. Prinsip penemuan ini mengacu pada pandangan kontruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer atau diajarkan melalui pemberitahuan dari guru kepada siswa, melainkan siswa sendirilah yang harus mengkonstruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu.
b. Fenomena didaktik
Prinsip ke dua PMR ini menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kecocokan masalah kontekstual yang disajikan dengan topik-topik matematika yang diajarkan, konsep, prinsip, rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa dalam pembelajaran.
c. Pembentukan model oleh siswa sendiri
Menurut prinsip ini, model-model yang dibangun berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam menyelesaiakan masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri model matematika terkait dengan masalah kontekstual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensi dari kebebasan itu, sangat dimungkinkan muncul berbagai model yang dibangun siswa.
Karakteristik Model Pembelajaran Matematika Realistik
Secara teori RME mempunyai lima karakteristik yaitu:
a. Menggunakan masalah kontekstual
Pembelajaran matematika diawali dengan masalah kontekstual, sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara langsung. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran hendaknya masalah sederhana yang dikenali oleh siswa. Masalah kontektual dalam PMR memiliki 4 fungsi yaitu: untuk membantu siswa menggunakan konsep matematika, untuk membentuk model dasar matematika dalam mendukung pola pikir siswa bermatematika, untuk memanfaatkan realitas sebagai sumber aplikasi matematika dan untuk melatih kemampuan siswa, khususnya dalam menerapkan matematika pada situasi nyata.
b. Menggunakan berbagai model
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan sendiri oleh siswa dalam mengaktualisasikan masalah kontekstual ke dalam bahasa matematika, yang merupakan jembatan bagi siswa untuk membuat sendiri model-model dari situasi nyata ke abstrak atau dari situasi informal ke formal.
c. Menggunakan kontribusi siswa
Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan berbagai strategi informal yang dapat mengarahkan pada pengkontruksian berbagai prosedur untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain, kontribusi yang besar dalam proses pembelajaran diharapkan datang dari siswa, bukan dari guru. Artinya semua pikiran atau pendapat siswa sangat diperhatikan dan dihargai.
d. Interaktivitas
Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan seperangkat pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam PMR. Guru harus selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka sendiri melalui proses belajar yang interaktif, seperti presentasi individu, kerja kelompok, diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
e. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya
Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu topik tercakup dalam beberapa konsep yang berkaitan, oleh karena itu keterkaitan dan keintegrasian antar topik (unit pelajaran) harus dieksploitasi untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang lebih bermakna.