Makalah Memahami Penggunaan Diksi, Baik dalam Kalimat atau Paragraf

Makalah Memahami Penggunaan Diksi, Baik dalam Kalimat atau Paragraf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak
pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk
mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Permasalahan
pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan
siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan
kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kita dituntut untuk
memahami penggunaan-penggunaan diksi, baik dalam kalimat, 
Paragraf atau bahkan
pilihan kata dalam pembuatan sebuah puisi, berbeda sekali dengan pemilihan
diksi pada kata-kata yang mengandung unsur semantic. Sebab kita tahu bahwa
unsur leksikal akan sangat erat kaitannya dengan hubungan antara diksi dan
penggunaan kondisi, dengan demikian kita akan tahu bahwa penggunaan diksi
menuntut untuk bisa menerapkan pada saat seperti apa penggunaan diksi
digunakan. Bagaimana diksi dan seperti apa situasi dalam penggunaan diksi
digunakan?

1.3.TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan penulisan yang akan penulis sampaikan adalah untuk
menambah khasanah perilmuan yang dimiliki oleh penulis, lewat tulisan-tulisan
yang memang secara referensi, penulis ambil dari berbagai sumber. Selain untuk mengembangkan teori pembelajaran bahasa dengan
memilih topik tentang diksi,  dengan
menggunakan teknik objek langsung kepada pembaca agar memahami.

Analisis penulisan tentang diksi ini diharapkan
mampu menghasilkan manfaat teoretis, yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan tolok ukur kajian pada penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang
dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pembelajaran bahasa dan
mempertinggi khasanah pemikiran, khususnya dalam pembelajaran tentang diksi.



BAB II

LANDASAN TEORI

1.1.                
LANDASAN TEORI

            Gaya bahasa
sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-ungkapan individu atau
karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi. Ungkapan dalam kalimat
terdiri dari beberapa kata yang mempunyai makna yang sama dengan sebuah kata
tertentu (Kridalaksana, 1993:223).
Marwoto (1985: 117)
menyatakan bahwa diksi mengandung pengertian teknis sebagai pemilihan kata
dalam mengarang. Tujuan pemilihan kata tersebut agar orang lain dapat memahami
pikiran dan perasaan pemapar karangan secara pasti. Oleh karena itu pemilihan
kata merupakan unsur yang sangat penting dalam karang-mengarang.

Ada pula dalam
pemilihan kata dapat menjadi sebuah rujukan akibat gejala bahasa kontaminasi
yang terjadi kerancuan atau kekacauan (Badudu, 1981: 47). Keiancuan atau
kekacauan yang dimaksud dalam hal ini adalah susunan, perangkaian, atau
penggabungan yang seharusnya merupakan bentuk tersendiri, tetapi dipadukan.
Seperti, bentuk kata menundukkan kepala dengan membungkukkan badan karena
terjadi kekacauan maka terbentuklah menundukkan badan atau membungkukkan
kepala. Peristiwa semacam mi sering terjadi, walaupun memang tidak mengganggu makna
yang sebenarnya, namun hanya tidak sesuai dengan diksi yang diperlukan dalam
konteks tersebut. Oleh karena itu jelas gejala semacam ini termasuk bidang
diksi. Bisa juga termasuk golongan majas Pleonasme. Gejala pleonasme adalah
gejala penggunaan unsur bahasa yang berupa kata yang berlebih-lebihan
(Badudu,1981: 55). Yang secara diksi tidak merupakan kaidah yang diharuskan.

Teori-teori dalam
landasan teoritis ini berkaitan dengan penulisan yaitu meliputi teori tentang diksi
atau pemilihan kata, hakikat diksi berkaitan dengan kontekstual pembelajaran
menulis. Dan
teori ini akan menjadi landasan dalam
penelitian ini.

           

BAB
III

METODE DAN PEMBAHASAN

3.1.METODE DAN PROSEDUR
KAJIAN

3.1.1.       Metode Penulisan

Setelah
mempertimbangkan kajian analisis pemilihan kata tersebut barulah kita memilih
salah satu metode pengembangan sebuajh pemikiran yang dianggap paling tepat dan
efektif.

Metode
dalam penulisan ini mengkaji pada pemilihan kata atau diksi, bergantung pada keadaan
yang dibutuhkan dan disampaikan dalam kondisi tertentu.

3.1.2.       Prosedur
Kajian

Pengungkapkan
ide atau gagasan dan biasanya sangat miskin variasi bahasanya. Akan tetapi, ada
pula penulis yang sangat boros atau tidak efektif menggunakan perbendaharaan
kata, sehingga tidak ada isi yang terdapat di balik kata-katanya. Kata-kata
atau istilah dapat digunakan penulis menyimpan pesona makna yang terselubung
atau simbolis, sehingga jika dipahami memerlukan interpretasi dan
renungan-renungan yang dalam. Dengan demikian, kata tidak hanya sekedar
mengemban nilai-nilai indah (estetis), melainkan juga nilai-nilai filosofi
maupun pedagogis.

3.2.PEMBAHASAN

3.2.1.Pengertian Diksi

Dalam pengertian aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan
kata dan gaya
ekspresi oleh penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diksi berarti “pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan.

Pilihan kata
atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa- nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar.

Pilihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata
atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan
kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu
bahasa. 

3.2.1.1. Pemilihan
kata situasi formal

Sesuai yang
telah diungkap di atas, bahwa pemilihan kata, tentu kita harus memperhatikan
situasi dan penempatan, seperti pada bahasa percakapan yang ditulis, cenderung
selalu menggunakan bahasa non baku seperti pada penulisan SMS. Tetapi dalam
situasi penulisan formal, seperti penulisan makalah, PTK, Skripsi, jelas disini
kita dituntut untnuk menggunakan bahasa baku.
Bahasa baku atau kata baku sendiri memilki
pengertian bahasa atau kata yang mengikuti ragam atau kaidah yang telah
ditentukan atau telah dilazimkan berdasarkan ejaan yang telah disempurnakan. Fungsi
bahasa baku sendiri
adalah: Fungsi pemersatu, Fungsi pemberi kekhasan, Fungsi pembawa kewibawaan, Fungsi
sebagai kerangka acuan. Ciri-ciri bahasa baku:
(1). Kemantapan dinamis. (2). Kecendikiaan. (3).  Keragaman kaidah

Penggunaan bahasa baku: Alat komunikasi resmi, seperti dalam
upacara kenegaraan, rapat dinas, administrasi pemerintahan, surat-menyurat
resmi, perundang-undangan, dan sebagainya. Sebagai bahasa pengantar dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Bahasa dalam wacana teknis, seperti laporan
kegiatan, laporan penelitian, usulan proyek, karangan ilmiah, lamaran
pekerjaan, seminar ilmiah, makalah ilmiah, artikel/karangan tentang sesuatu
ilmu yang ditulis dalam majalah atau buku, dan sebagainya. Alat pembicaraan
dengan orang-orang yang patut dihormati dan/atau orang-orang yang belum atau
baru saja dikenal. Lebih jelas pemilihan kata dengan membandingkan kata baku
dan non baku. 

3.2.1.2.
Pemilihan kata dalam penulisan karya sastra puisi

Kata-kata
sangat penting dalam menulis sebuah karya sastra puisi. Tapi tidak semua kata
dituliskan dalam bentuk karya sastra puisi. Kata-kata dalam puisi merupakan
kata yang telah terkonsentrasi dan terpadatkan maknanya. Dalam menulis puisi
penyair harus cermat menggunakan pemilihan kata. Termasuk bunyi kata itu
sendiri harus dipertimbangkan pula dalam penulisa puisi. Meskipun makna suatu
kata sama, tapi efek estetikanya berbeda. Sehingga kata yang digunakan penyair
seolah-olah tidak bisa digantikan oleh kata lain karena akan berpengaruh pada
aspek estetika dan daya magis puisi itu.

Dalam penulisan
puisi, kata yang dipilih adalah kata yang memiliki makna yang bergantung pada
pemahaman penyair, dengan tujaun untuk merasakan keindahan. Hal yang menyangkut
pilihan kata, dilihat dari Perbendaharaan kata, Seorang penyair di samping
sebagai sarana ekspresi kata yang digunakan dalam puisi juga akan menjadi ciri
khas penyair. Perbendaharaan kata yang dimiliki penyair ini dipengaruhi oleh
sosial budaya, agama, pendidikan, jenis kelamin, suasana batin, juga tema yang
diusung dalam puisi itu.

3.2.2. Rambu-rambu Penulisan Diksi

Sebelum
menentukan pilihan kata yang diperlukan dalam mengarang, terlebih dahulu
penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni masalah makna dan relasi
makna.

1.
Makna. Makna sebuah kata atau sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu
berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas bebcrapa
makna yaitu:

a. 
 Makna Leksikal dan makna
Gramatikal. Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai
dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam
kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang
menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

b.  Makna Referensial dan Nonreferensiai. Makna
referensial dan nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya
referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu
dilua^ bahasa yang diacu oleh kata itu, kata tersebut bermakna refcrensial,
kalau tidak mempunyai referen, maka kata disebut kata bermakna nonreferensial.
Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan
te/opi_(bermakna nonreferensial).

c.       Makna
Denotatif dan Konotatif. Makna denotatif adaiah makna asli, makna asal atau
makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna
denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil dan ukuran badannya normal. Makna
konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang
berhubungan dengan nilai rasa orang atau kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral,
irtinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, ni’ai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

d.      Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif. Makna konseptual adalah makna yang dimiliki
oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata
kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai”. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata
berkenaan dengan adanya hu’oungan kata itu deagan suatu yang berada diluar
bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dengan suatu yang suci atau kesucian.
Kata merah berasosiasi berani atau paham komunis.

e.       Makna
Kata dan Makna Istilah. Makna kata, walaupun secara sinkronis ddak bembah,
tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum.
Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.
Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil
perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di
bak mandi atau air hujan.  Makna istilah
memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu
karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan
tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang
hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu
perkara.

f.       Makna
Idiomatikal dan Peribahasa. Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan
bahasa (ada berupa kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidrk dapat diramalkan
dari makna leksikal, unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan
tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan
memiliki makna hal yang disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah
yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau
mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai,
bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.

g.      Makna
Kias dan Lugas. Makna kias adalah kata, frase maupun kalimat yang tidak merujuk
pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam, bermakna bulan.

h.      Relasi
Makna. Relasi adalah hubungan makna ini menyangkut hal kesamaan makna
(sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan
ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi),
kelebihan makna (redundansi) dan sebagainya.

1. Kesamaan
Makna (Sinonim).

2. Kebalikan Makna (Antonim).



BAB
IV

KESIMPULAN
DAN SARAN

4.1.KESIMPULAN

Diksi
berarti “pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan)”. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan
mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat
karangan. Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada
dalam benak seseorang.
Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam
kalimat yang berbeda

Berdasarkan hal
itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk
mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai. Plilihan kata atau
diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai
suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa- nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

4.2.SARAN

Pilihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata
atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan
kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu
bahasa. Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang
karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. memperhatikan situasi
formal, seperti penulisan makalah, PTK, Skripsi, jelas disini kita dituntut
untnuk menggunakan bahasa baku.
Bahasa baku atau kata baku sendiri memilki
pengertian bahasa atau kata yang mengikuti ragam atau kaidah yang telah
ditentukan atau telah dilazimkan berdasarkan ejaan yang telah disempurnakan. Fungsi
bahasa baku sendiri
adalah: Fungsi pemersatu, Fungsi pemberi kekhasan, Fungsi pembawa kewibawaan, Fungsi
sebagai kerangka acuan. Ciri-ciri bahasa baku:
(1). Kemantapan dinamis. (2). Kecendikiaan. (3).  Keragaman kaidah. Berusahalah untuk membuat
atau mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari dengan belajar berlatih dalam
pembelajaran berbahasa dengan menggunakan diksi.


Artikel Terkait dengan Makalah:

  1. Makalah Biaya Pendidikan 
  2. Makalah Demokrasi Indonesia
  3. Makalah koperasi Indonesia 
  4. Makalah Permasalahan Pendidikan  
  5. Makalah Problematika Pendidikan 

DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id//pengertiandiksi//.id//

www:http://.geocity.id.//.gejalakontaminasi//Badudu,1981:
55.

www:http://.geocity.id.//.gejalapleonasme//Badudu,1981:
55.

www.http://wilkipedia.id.com// Ungkapan dalam kalimat. Marwoto
(1985: 117

www.http://wilkipedia.id.com// pengertian teknis diksi. Kridalaksana, 1993:223).