RANGKUMAN KITAB TA’LIM MUTA’LIM
PASAL 1
: PENGERTIAN ILMU
DAN FIQIH SERTA KEUTAMAANNYA
A.
Kewajiban Belajar
Kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan
perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada ilmu agama, dan
ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama
manusia.
Setiap orang
islam wajib mempelajari/mengetahui rukun maupun shalat amalan ibadah yang akan
dikerjakannya untuk memenuhi kewajiban tersebut. Karena sesuatu yang menjadi
perantara untuk melakukan kewajiban, maka mempelajariwasilah/perantara
tersebut hukumnya wajib. Ilmu agama adalah sebagian wasilah untuk mengerjakan
kewajiban agama. Maka, mempelajariilmu agama hukumnya wajib. Misalnya ilmu
tentang puasa, zakat bila berharta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang
jual beli jika berdagang.
Dalam berdagang pun bagi orang yang
berkecimpung di dunia perdagangan, wajib mengetahui cara berdagang dalam islam
supaya dapatmenjaga diri dari hal-hal yang diharamkan. Setiap orang juga harus
mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan batin atau hati, misalnya tawakal,
tobat, takut kepada Allah, dan ridha. Sebab, semua itu terjadi pada segala
keadaan.
B.
Keutamaan Ilmu
Betapa pentingnya ilmu, sehingga ilmu hanya dimiliki oleh
manusia.Ilmu sebagai
perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima
kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana
dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah!
Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala
pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu
yang berguna.”
Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling
unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu paling lurus
untuk di Para Para pelajari. Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang
lurus, yakni jalan petunjuk. Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala
keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih
berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.
C. Belajar
Ilmu Akhlak
Setiap orang islam juga wajib
mengetahui/mempelajariakhlak yang terpuji dan yang tercela, seperti watak murah
hati, kikir, penakut, pemberani, merendah diri, congkak, menjaga diri dari
keburukan, israf (berlebihan), bakhil terlalu hemat dan sebagainya. Sifat
sombong, kikir, penakut, israf hukumnya haram. Dan tidak mungkin bisa terhindar
dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria sifat-sifat tersebut serta
mengetahui cara menghilangkannya
D. Ilmu Yang Fardu Kifayah Dan Yang Haram di Para Pelajari
Imam Syafi’I
rahimahullah berkata, “ilmu itu ada dua, yaitu ilmu fiqih untuk mengetahui hukum agama, dan ilmu kedokteran
untuk memelihara badan.”
Adapun
mempelajariamalan agama yang dikerjakan pada saat tertentu seperti shalat
zenajah dan lain-lain, itu hukumnya fardhu kifayah. Jika di suatu tempat/daerah
sudah ada orang yang mempelajariilmu tersebut, maka yang lain bebas dari
kewajiban. Tapi bila di suatu daerah tak ada seorangpun yang memPara
pelajarinya maka seluruh daerah itu berdosa. Oleh karena itu pemerintah wajib
memerintahkan kepada rakyatnya supaya belajar ilmu yang hukumnya fardhu kifayah
tersebut. Pemerintah berhak memaksa mereka untuk mereka untuk melaksanakannya.
Dikatakan bahwa mengetahui/mempelajariamalan ibadah yang
hukumnya fardhu ain itu ibarat makanan yang di butuhkan setiap orang. Sedangkan
mempelajariamalan yang hukumnya fardhu kifayah, itu ibarat obat, yang mana
tidak dibutuhkan oleh setiap orang, dan penggunaannya pun pada waktu-waktu
tertentu.
Sedangkan mempelajari ilmu nujum itu hukumnya haram,
karena ia diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan. Dan mempelajariilmu
nujum itu hanyalah sia-sia belaka, karena ia tidak bisa menyelamatkan seseorang
dari taqdir Tuhan.Boleh mempelajari ilmu nujum (ilmu falaq) untuk mengetahui
arah kiblat, dan waktu-waktu shalat.Boleh
pula mempelajari
ilmu kedokteran, karena ia merupakan usaha penyembuhan yang tidak ada
hubungannya dengan sihir, jimat, tenung dan lain-lainnya.Karena Nabi juga
pernah berobat.Oleh karena itu, setiap orang islam wajib mengisi seluruh
waktunya dengan berzikir kepada Allah, berdo’a, memohon seraya merendahkan diri
kepadaNya, membaca Al-Qur’an,dan bersedekah supaya terhindar dari marabahaya.
E.
Definisi
Ilmu
Ilmu ditafsiri
dengan : Sifat yang dimiliki seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang
terlintas di dalam pengertiannya. Fiqih adalah: Pengetahua’,zan tentang kelembutan-kelebutan ilmu. Ujar Abu Hanifah :
Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna, yang berbahaya bagi diri
seseorang. Ujarnya lagi : Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan
di sini berarti meninggalkan orientasi demi akhirat.
Maka seyogyanya manusia jangan sampai lengah diri dari
hal-hal yang bermanfaat dan berbahaya di dunia dan akhirat. Dengan demikian dia
akan mengambil mana yang bermanfaat dan menjauhi mana yang berbahaya, agar
supaya baik akal dan ilmunya tidak menjadi beban pemberat atas dirinya dan
menambah siksanya. Kita berlindung kepada allah dari murka dan siksanya.
PASAL 2 : NIAT DI WAKTU BELAJAR
A.
Niat Belajar
Wajib berniat
waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal. Sebagaimana sabda
nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya.
Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak
amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat yang karena
bururk niatnya maka menjadi amal dunia.”
B. Niatan Baik dan Buruk
Di waktu
belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat,
memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan
melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu.
Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.
Dengan belajar
pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat.
Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun
kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain.
C.
Kelezatan
dan Hikmah Ilmu
Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal,
maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia. Siapa saja gerangan,
menuntut ilmu untuk hari kemudian untuklah dapat keutamaan, anugrah Allah
penunjuk jalan
Tetapi jikalau
dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan
kebenaran dan meluhurkan agama bukan untukkeperluan hawa nafsu sendiri
makadiperbolehkan sejauh batas telah dapat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
tersebut.Penuntut ilmu
hendaknya memperhatikan apa yang tersebut diatas. Ia telah mengatasi kepayahan
yang cukup banyak, maka jangan sampai ilmu yang telah ia peroleh itu digunakan
sarana bendahara duniawi yang hina, sedikit nilainya dan segera hancur ini.
D. Pantangan Ahli Ilmu
Orang berilmu
itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak
terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus ke dalam
lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Ia supaya berbuat tawadu’ (sikap
tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), berbuat iffah, yang keterangan
lebih jauhya bisa kita dapati dalam kitab akhlaq.
Kepada sahabat-sahabatnya, abu Hanifah berkata : ”besarkanlah
putaran serban kalian, dan perlebarlah lobang lengan baju kalian”. ucapan
ini dikemukakan agar supaya ilmu dan ahli ilmu tidak terpandang remeh.
E. Saran Khusus Buat Para Pelajar
Sebaiknya Para
pelajar bisa mendapatkan buku wasiat tulisan Abu Hanifah (yang tadinya) untuk
Yusuf Bin Khalid As-Simty waktu pulang kembali ketengah-tengah keluarganya. Dan
buku ini bisa didapatkan oleh yang mau mencarinya. Guru kita sendiri, yaitu
Syaikhul Imam Burhanul Immah Aliy Abu Bakar semoga Allah mensucikan ruhnya yang
mulya itu adalah juga memerintahkan kami waktu mau pulang ke daerah agar
menulis buku tersebut, dan kamipun melakukannya. Sang guru dan mufti (pemberi
fatwa) bidang pergaulan manusia, tidak boleh tidak juga memegangi buku wasiat tersebut.
PASAL 3
: MEMILIH ILMU,
GURU,TEMANDAN KETABAHAN BERILMU
A. Syarat
– Syarat Ilmu yang Dipilih
Para pelajar,
dalam masalah ilmu hendaklah memilih mana yang terbagus dan dibutuhkan dalam
kehidupan agmanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu yang akan
datang.Hendaknya lebih dahulu mempelajariilmu tauhid, mengenali Allah lengkap
dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taklid sekalipun menurut
pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal
dalam masalah ini.Hendaknya pula memiluh ilmi-ilmu yang kuna, bukan yang baru
lahir. Banyak ulama berkata : “Tekunilah ilmu kuna, bukan yang baru saja
ada.” Awas, jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur
setelah habisnya ualama besar, sebab menjurus untuk menjauhkan Para pelajar
dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia dengan tanpa guna, menumbuhkan
sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan. Dan itulah termasuk tanda-tanda
kiamat akan tiba serta lenyapnya fiqih dan pengetahuan-pengetahuan lain, demikianlah
menurut hadits.
B. Syarat
– Syarat Guru yang Dipilih
Dalam memilih
guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, waro’ dan juga lebih tua usianya.
Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih
lanjut, maka menentukan pilihannya kepada tuan Hammad Bin Abu Sulaiman.Dalam hal
ini dia berkata : “beliau saya kenal sebagai orang tua yang budi luhur,
berdada lebar serta penyabar. Katanya lagi: saya mengabdi di pangkuan tuan
Hammad Bin Abu Sulaiman, dan ternyata sayapun makin berkembang.”
C.
Bermusyawarah
Seharusnya
Para pelajar suka bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi.Demikian, karena
Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw. Agar memusyawarahkan segala halnya. Toh
tiada orang lain yang lebih pintar dari beliau, dan masih diperintahkan
musyawarah, hingga urusan-urusan rumah tangga beliau sendiri.Menuntut ilmu
adalah perkara paling mulya, tetapi juga paling sulit. Karena itulah,
musyawarah disini lebih
penting dan diharuskan pelaksanaannya.
D.
Sabar dan Tabah Dalam Belajar
Ketahuilah! Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam
segala hal, tetapi jarang yang bisa melakukan.OlehsebabituadabaiknyaPara
pelajarmempunyai hati tabah dan sabar dalam belajar kepada sang guru, dalam
mempelajari suatu kitab jangan sampai ditinggalkan sebelum sempurna dipelajari,
dalam satu bidang ilmu jangan sampai berpindah bidang lain sebelum memahaminya
benar-benar, dan juga dalam tempat belajar jangan sampai berpindah kelain
daerah kecuali karena terpaksa. Kalau hal ini di langgar, dapat membuat urusan
jadi kacau balau, hati tidak tenang, waktupun terbuang dan melukai hati sang
guru.
Sebaiknya pula, Para pelajar selalu memegangi kesabaran
hatinya dalam mengekang kehendak hawa nafsunya juga berhati sabar dalam menghadapi cobaan dan bencana.
E. Memilih Teman
Tentang memilih teman, hendaklah memilih yang tekun,
waro, bertabiat jujur serta mudah memahami masalah. Menyingkiri orang pemalas,
penganggur, banyak bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah.
PASAL 4
: MENGAGUNGKAN
ILMU DAN AHLI ILMU
A. Mengagungkan
Ilmu
Penting
diketahui,Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula
ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli
ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.Dan dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan
sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya.
B. Mengagungkan
Guru
Termasuk arti
mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata:
“Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf.
Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi
hambanya.”
Dalamarti
menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya,
memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam
darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar
menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
Pada pokoknya,
adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan
menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab
orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada
Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati
putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.
C. Memulyakan
Kitab
Termasuk arti
mengagungkan ilmu, yaitu memulyakan kitab, karena itu, sebaiknya Para pelajar
jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci. Hikayat, bahwa Syaikhul
islam Syamsul Aimmah Al-Khulwaniy pernah berkata : “Hanya saya dapati ilmu
ilmuku ini adalah dengan mengagungkan. Sungguh, saya mengambil kertas belajarku
selalu dalam keadaan suci.Termasuk memulykan yang harus dilakukan, hendaknya jangan
membentangkan kaki kearah kitab. Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain,
dan jangan sampai menaruh sesuatu diatas kitab.Termasuk pula arti mengagungkan,
hendak menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan pula membuat catatan
penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali terpaksa
harus dibuat begitu.Dansebaiknya
format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu
Hanifah. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan
dan di muthalaah kembali.Dan
jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum
filsafat bukan ulama salaf. Lebih dari itu ada diantara guru-guru kita yang
tidak suka memakai kendaraan yang berwarna merah.
D.
Menghormati Teman
Menghormati
teman belajar dan guru pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain
dalam menuntut ilmu. Malah sebaliknya di sini bercumbu rayu degnan guru dan
teman sebangku Para Para pelajarannya.
E.
Sikap Selalu Hormat dan Khidmah
Dalam menuntut
ilmuharus memperhatikan
segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu mengagungkan dan menghormati,
sekalipun masalah yang itu-itu saja telah ia dengar seribu kali. Adalah
dikatakan : “Barang siapa yang telah mengagungkannya setelah lebih dari
1000 kali tidak sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk ahli
ilmu.”
F.
Jangan Memilih Ilmu Sendiri
Hendaklah sang
murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan dipelajari. Hal
itu dipersilahkan sang guru untuk menentukannya, karena dialah yang telah berkali-kali
melakukan percobaan serta dia pula yang mengetahui ilmu yang sebaiknya
diajarkan kepada seseorang dan sesuai dengan tabiatnya.
G.
Jangan
Duduk Terlalu Dekat dengan Guru
Diwaktu
belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila
terpaksa. Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan
terlihat mengagungkan sang guru.
H.
Menyingkiri
Akhlak Tercela
Para pelajar
selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak
buruk itu ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda: “Malaikat tidak akan
masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing”. Padahal orang
belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah
sikap takabur dan sombong.
PASAL 5
: SUNGGUH-SUNGGUH,
KONTINUITASDAN CITA-CITA LUHUR
A. Kesungguhan
Hati
Para pelajar harus bersungguh hati dalam belajar serta kontinu
(terus-terusan). Seperti itu pula di tunjukkan firman Allah: “Dan
Orang-orang yang mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka kepada
jalan-jalan Kami.“Dalam
mencapai kesuksesan mempelajari ilmu dan fiqh itu diperlukan kesungguhan tiga pihak. Yaitu guru,
Para pelajar dan wali murid jika masih ada.
B. Kontinuitas
Dan Mengulang Para Para pelajaran
Para pelajar harus dengan kontinyu sanggup dan mengulangi pelajaran
yang telah lewat. Hal itu dilakukan pada awal waktu malam, akhir waktu malam.
Sebab waktu diantara maghrib dan isya, demikian pula waktu sahur puasa adalah
membawa berkah.
C. Menyantuni
Diri
Kesantunan itu
mendasari kesuksesan segala hal. Rasulullah saw. Bersabda: “Ingatlah,
bahwa islam itu agama yang kokoh. Santunilah dirimu dalam menunaikan tugas
agama, jangan kau buat dirimu sengsara lantaran ibadahmu kepada Allah. Karena
orang yang telah hilang kekuatannya itu, tiada bisa memutus bumi dan tiada pula
kendaraan tunggangannya.”Nabi saw bersabda : “dirimu itu kendaraanmu,
maka santunilah ia.”
D.
Cita
– Cita Luhur
Pangkal
kesuksesan adalah kesungguhan dan himmah yang luhur. Barang siapa berhimmah
menghapalkan seluruh kitab Muhammad Ibnul Hasan, lagi pula disertai usaha yang
sungguh-sungguh dan tak kenal berhenti, maka menurut ukuran lahir pasti akan
bisa menghafal sebagian besar atau separohnya.
Demikian pula sebaliknya, bila cita-citanya tinggi tapi tidak ada kesungguhan berusaha,
atau sungguh-sungguh tetapi tidak bercita-cita tinggi, maka hanya sedikit pula
ilmu yang berhasil didapatkannya.Makadariitu, Para pelajar harus luhur cita-citanya dalam berilmu. Manusia itu akan
terbang dengan cita-citanya, sebagaimna halnya burung terbang dengan kedua
sayapnya.
E. USAHA SEKUAT TENAGA
Para pelajaryang bersungguh-sungguh sampai terasa
letih guna mencapai kesuksesan, dan tak kenal berhenti, dan dengan cara
menghayati keutamaan ilmu.Dan
bagi orang yang
berakal, telah cukuplah merasa terpanggil Menuju kesuksesan berilmu oleh
sebagaimana kelezatan-kelezatan ilmu, fiqh dan kebahagian yang timbul bila
sedang faham terhadap suatu masalah.
F.
Sebab
Kemalasan
Sikap malas itu
bisa timbul akibat dari lendir dahak atau badan berminyak yang disebabkan orang
terlalu banyak makan.Adapun cara mengurangi dahak itu sendiri adalah bisa
dilakukan dengan cara mengurangi makan.Makan roti kering dn menelan buah anggur
kering dapat juga menghilangkan dahak. Namun jangan terlalu banyak, agar tidak
mengakibatkan ingin minum, yang kesudahannya memperbanyak lendir dahak
pula.Bersiwak juga dapat menghilangkan dahak pula. Disamping memperlancar
hafalan dan kefasihan lisan. Demikianlah, perbuatan itu termasuk sunah Nabi
yang bisa memperbesar pahala ibadah sahlat dan membaca Al-Qur’an.Muntah juga
dapat mengurangi lendir dahak, dan mengurangi perminyakan badan (yang
disebabkan makan terlalu banyak).
G.
Cara
Mengurangi Makan
Cara mengurangi makan bisa dilakukan dengan cara
menghayati faedah dan mamfaat yang timbul dari makan sedikit. Antara lain
adalah badan sehat, lebih terjaga dari yang haram dan berarti pula ikut
memikirkan nasib orang lain.
Bisa pula dengan cara menghayati madlarat yang timbul dari akibat makan
terlalu banyak, antara lain sakitdan tolol.Caranya lagi untuk mengurangi makan,
adalah dengan makanan yang berlemak atau berzat pemuak. Makan mana yang lebih
lembut dan disukai terlebih dahulu. Dan jangan bersama-sama orang yang sedang
lapar sekali selain bila hal itu justru harus dilakukan karena bertujuan bak.
Misalnya agar kuat berpuasa, mengerjakan shalat atau perbuatan-perbuatan lain
yang berat, bolehlah dilakukan.
PASAL 6
: PERMULAN
BELAJAR UKURAN BELAJARDAN TATA TERTIBNYA
A.
Hari Mulai Belajar
Hari yang baikyaitupada hari rabu karena Allah
menciptakan cahaya, dan hari itu pula
merupakan hari sial bagi orang kafir yang berarti bagi orang mukmin hari yang
berkah.
B.
Panjang Pendeknya Para Parapelajaran
Mengenai ukuran
seberapa panjang panjang yang baru dikaji, menurut keterangan Abu Hanifah
adalah bahwa Syaikh Qadli Imam Umar bin Abu Bakar Az-Zanji berkata: guru-guru
kami berkata: “sebaiknya bagi oarang yang mulai belajar, mengambil
pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihapalkan dengan faham, setelah
diajarkannya dua kali berulang. Kemudian untuk setiap hari, ditambah sedikit
demi sedikit sehingga setelah banyak dan panjang pun masih bisa menghapal
dengan paham pula setelah diulanga dua kali. Demikianlah lambat laun setapak
demi setapak.
Apabila
pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang sehingga para pelajar memerlukan diulanganya 10 kali, maka
untuk seterusnya sampai yang terakhirpun begitu. Karena hal itu menjadi
kebiasaan yang sulit dihilangkan kecuali dengan susah payah.”
C.
Tingkat Pelajaran Yang Didahulukan
Sebaiknya
dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang dengan mudah telah bisa di fahami.
Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili berkata; “Menurut saya, yang
benar dalam masalah ini adalah seperti yang telah dikemukakan oleh para guru
kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan kitab-kitab yang
ringkas/kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah di fahami dan di hapal,
serta tidak membosankan lagi pula banyak terperaktekan.
D.
Membuat Catatan
Sebaiknya sang murid membuat catatan sendiri mengenai
pelajaran-pelajaran yang sudah di fahami hafalannya, untuk kemudian sering
diulang-ulang kembali. Karena dengan cara begitu, akan bermanfaat sekali.
Dan jangan sampai menulis apa saja yang iasendiri tidak tahu maksudnya, karena hal ini akan
menumpulkan otak dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka.
E.
Usaha Memahami Para Parapelajaran
Para pelajar
hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara
diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena
bila pelajaran yang baru itu
hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat dimengerti.
Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja
dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal
dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali
mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak
bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun.
F.
Berdo’a
Para pelajar hendaknya dengan
sungguh-sungguh memanjatkan do’a kepada Allah dan meratap serta meronta. Allah
pasti mengabulkan do’a yang di mohonkan, dan tidak mengabaikan orang yang
mengharapkan.
G.
Mudzakarah Munadharah dan Muthaharah
Para pelajar
seharusnya melakukan Mudzakarah (forum saling mengingatkan), munadharah (forum
saling mengadu pandangan) dan mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas
dasar keinsyafan, kalem dan penghayatan serta menyingkiri hal-hal yang
berakibat negatif. Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan
musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari
kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh
keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan
dan berlatar belakang yang tidak baik.
H.
Menggali
Ilmu
Para pelajar hendaknya harus senang mengamati atau memikirkan pelajaran
–pelajaran yang sukar dipahami, dan harus membiasakan hal itu.Para pelajar
harus terus berpikir atau mengamati ,dan terus menambah pengetahuannya, setiap
waktu, dan belajar dari siapa saja.
I.
Pembiyaan
Untuk Ilmu
Orang yang kebetulan sehat badan dan pikirannya, tiada
lagi alasan baginya untuk tidak belajar dan tafaqquh sebab tidak ada lagi yang
lebih melarat daripada Abu Yusuf, tapi toh tidak pernah melupakan pelajarannya.Apabila seseorang kebetulan kaya raya, alangkah
bagusnya bila harta yang halal itu di miliki orang shaleh. Ada ditanyakan
kepada seorang yang alim “dengan apa tuan mendapatkan ilmu?” lalu
menjawabnya: “Dengan ayahku yang kaya. Dengan kekayaan itu, beliau
berbakti kepada ahli ilmu dan ahli keutamaan”. Perbuatan seperti ini,
berarti mensyukuri nikmat akal dan ilmu, yang hal itu menyebabkan bertambahnya
ilmu. ada dikatakan orang, bahwa Abu Hanifah berucap: “Hanya saja
kudapatkan ilmu dengan Bersyukur dan Hamdallah. Tiap-tiap berhasil kufahami
fiqh dan hikmah selalu saja kuucapkan Hamdalah. Dengan cara itu, jadi
berkembanglah ilmuku.
J.
Bersyukur
Para pelajar harus menyatakan syukurnya dengan lisan, hati, badan dan
juga hartanya. Mengetahui/menyadari bahwa kefahaman, ilmu dan taufik itu
semuanya datang dari hadirat Allah Swt.Memohon hidayahnya dengan berdo’a dan
meronta, karena hanya Dialah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang
memohon.
K.
Pengorbanan Harta Demi Ilmu
Para pelajarharusmohonperlindungankepada Allah daisifatkikir.Dengan harta yang dimiliki, hendaklah suka membeli kitab
dan mengaji menulis jika diperlukan. Demikian itu akan lebih memudahkan belajar
dan bertafaqquh.
L.
Loba dan Tama’
Para pelajar jangan sampai tama’ mengharapkan harta orang
lain. Ia hendaknya memiliki Himmah yang luhur. Nabi saw bersabda :
“Hindarilah tama’ karena dengan tama’ berarti kemiskinan telah
menjadi”. Tapi tuan juga jangan kikir, sukalah membelanjakan hartanya
untuk keperluan diri sendiri dan kepentingan orang lain.
M.
Pelaksanaan Pelajaran dan
Ketrampilan
Para pelajar
dimasa dulu sebelum mempelajari ilmu agama, lebih dahulu belajar bekerja, agar
dengan begitu tidak tama’ mengharap harta orang lain. Dalam kata hikmah
disebutkan: “Barangsiapa mencukupi diri dengan harta orang lain, berarti
ia melarat.”Jika orang alim bersifat tama’, hilanglah nilai ilmunya dan
ucapannya tidak bisa dibenarkan lagi. Karena itu, Rasulullah saw pembawa
syareat berlindung diri dari sabdanya: “Aku berlindung diri kepada Allah
dari sifat tama’ yang membawa kepada tabiat jahat.”
N.
Lillahi Ta’ala
Tumpuan harapan sang pelajar hanyalah kepada Allah,
takutpun hanya kepadaNya. Sikap tersebut bisa di ukur dengan melampaui
batas-batas agama atau tidak. Barangsiapa takut kepada sesama makhluk lalu ia
mendurhakai Allah, maka berarti telah takut kepada selain Allah. Tapi
sebaliknya bila ia telah takut kepada makhluk namun telah taat kepada Allah dan
berjalan pada batas-batas syareat, maka tidak bisa dianggap telah takut kepada
selain Allah. Ia masih dinilai takut kepada Allah. Begitu pula dalam masalah
harapan seseorang.
O.
Mengukur Kemampuan Sendiri
Para pelajar harus membiasakan membaca pelajarannya dengan suara keras,
sebab belajar itu harus dengan semangat, tapi juga tidak boleh keras-keras, dan
tidak usah memaksakan diri, supaya tidak cepat bosan, karena sebaik-baik
perkara itu yang sedang-sedang.Hendaknya (yang
lebih efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajarannya yaitu): pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali hari
kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali dan hari sebelumnya lagi 1kali.
P.
Metode Menghafal
Hendaknya dalam mengulangi pelajarannya itu jangan pelan-pelan. Belajar lebih bagus bersuara
kuat dengan penuh semangat. Namun jangan terlalu keras, dan jangan pula hingga
menyusahkan dirinya yang menyebabkan tidak bisa belajar lagi. Segala sesuatu
yang terbaik adalah yang cukupan. Suatu hikayat menceritakan, bahwa suatu saat
Abu Yusuf sedang mengikuti mudzakarah fiqh dengan suara kuat dan penuh
semangat. Lalu dengan rasa heran, iparnya berkata: “saya tahu Abu Yusuf
telah lima hari kelaparan, tapi ia tetap munadharah dengan suara keras dan
penuh semangat.Suatu cara yang efisien dan efektif untuk menghafalkan Para Para
pelajaran yaitu : Para Para pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4
kali, hari kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali, dan hari sebelumnya
lagi satu kali.
Q.
Panik dan Bingung
Seyogyanya Para
pelajar tidak panik dan kebingungan, sebab itu semua adalah afat. Guru kita
Syaikhul Islam Burhanuddin berkata: “Sesungguhnya saya dapat melebihi
teman-temanku adalah karana selama belajar tidak pernah merasa panik, kendor
dan kacau”.
R.
Sebuah Metode Belajar
Bagi Para
pelajar, agar selalu hafal di luar kepala sebuah kitab . Dengan begitu, akan
lebih memudahkan dalam mnghafalkan ilmu
yang baru yang di dengarkan.
PASAL 7
: BERTAWAKAL
A.
Pengaruh Rezeki
Para pelajar
harus bertawakal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang karena masalah rizki, dan
hatinya pun jangan terbawa kesana. Para pelajar harus bertawakal dalam menuntut
ilmu. Jangan goncang karena masalah rizki, dan hatinya pun jangan terbawa
kesana.Sebab orang
yang hatinya telah terpengaruh urusan rizki baik makanan atau pakaian, maka
jarang sekali yang dapat menghapus pengaruh tersebut untuk mencapai budi luhur
dan perkara-perkara yang mulya.Olehkarenaitu.bagi setiap
orang hendaknya membuat kesibukan dirinya dengan berbuat kebaikan, dan jangan
terpengaruh oleh bujukan hawa nafsunya.
B.
Pengaruh Urusan Duniawi
Setiap manusia hendaknya jangan tergelisahkan oleh urusan dunia, karena
merasa gelisah dan sedih di sini tidak akan bisa mengelakan musibah, bergunapun
tidak. Malahan akan membahayakan hati, akal dan badan serta dapat merusakan
perbuatan-perbuatan yang baik. Tapi yang harus diperhatikan adalah
urusan-urusan akhirat, sebab hanya urusan inilah yang akan membawa manfaat.
Seorang pelajar tidak boleh tidak dengan sekuat
tenaga yang ada menyedikitkan kesibukan duniawinya. Dan karena itulah, maka
banyak pelajar- pelajar yang lebih suka
belajar di rantau orang.
Orang yang tabah menghadapi kesulitan dan penderitaan dalam mencari ilmu
niscaya ia akan merasakan lezatnya ilmu, yang mana lezatnya tak ada
bandingannya di dunia.
C.
Hidup Dengan Prihatin
Para Parapelajarhendaknya menyadari bahwa
perjalanan menuntut itu tidak akan lepas dari kesusahan. Yang demikian itu,
karena belajar adalah salah satu perbuatan yang menurut sebagian besar ulama
lebih mulya dari pada berperang. Besar kecil pahala adalah berbanding seberapa
besar letih dan kesusahan dalam usahanya.
D.
Menggunakan Seluruh Waktu Buat Ilmu
Para pelajar hendaknya tidak terlena dengan segala apapun selain ilmu
pengetahuan, dan tidak berpaling dari fiqh.Muhammad berkata: “Sesungguhnya
perbuatan seperti ini, adalah dilakukan sejak masih di buaian hingga masuk
liang kubur. Barangsiapa meninggalkan ilmu kami ini sesaat saja, akan habislah
zaman hidupnya.”
PASAL 8
: MASA BELAJAR
Menuntut ilmu itu mulai dari ayunan (masa kanak-kanak)
sampai keliang kubur (mati). Masa yang paling cemerlang untuk belajar adalah permulaan
masa-masa jadi pemuda, waktu sahur berpuasa dan waktu di antara magrib dan
isya.’ Tetapi sebaiknya Para
pelajarmenggunakan seluruh waktu yang ada untuk belajar, dan bila telah merasa
bosan terhadap ilmu yang sedang dihadapi supaya berganti kepada ilmu
lain.Muhammad Ibnul Hasan semalam tanpa tidur selalu bersebelahan dengan
buku-bukunya, dan bila telah merasa bosan suatu ilmu, berpindah ilmu yang lain.
Iapun menyediakan air penolak tidur di sampingnya, dan ujarnya: “Tidur itu
dari panas api, yang harus dihapuskan dengan air dingin.”
PASAL 9
: KASIH SAYANG
DAN NASEHAT
A. Kasih
Sayang
Orang alim
hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau memberi nasehat serta jangan berbuat
dengki. Dengki itu tidak akan bermanfaat, justru membahayakan diri sendiri.Guru
kita Syaikhul Islam Burhanuddin ra. Berkata : Banyak ulama yang berkata :
“Putra sang guru dapat menjadi alim, karena sang guru itu selalu
berkehendak agar muridnya kelak menjadi ulama ahli Al-Quran. Kemudian atas
berkah I’tikad bagus dan kasih sayangnya itulah putranya menjadi alim.”
B. Menghadapi
Kedengkian
Selain tersebut
di atas, orang alim hendaknya tidak usah turut melibatkan diri dalam arena
pertikaian dan peperangan pendapat dengan orang lain, karena hal itu hanya
membuat waktu menjadi habis sia-sia. Ada dikatakan: “Pengamal kebajikan
akan dibalas karena kebajikannya, sedang pelaku kejelekan itu telah cukup akan
memberatkan siksa dirinya.”Jangan sampai ada pemusuhan, sebab selain hanya
membuang-buang waktu juga membuka cela-cela keaibanmu. Tahanlah dirimu dan
sabarlah hatimu, terutama sekali dalam menghadapi orang yang belum tahu.
C. Menghadapi
Permusuhan
Jangan berprasangka buruk terhadap orang mukmin, karena hal itu sumber
permusuhan, dan tidak halal. Di dalam agama islam perbuatan itu adalah terlarang,
sebagaimana dinyatakan dalam sabda Nabi saw: “Baikkanlah prasangkamu
kepada sesama mu’min.”Buruk sangka akan bisa terjadi karena adanya niatan
yang tidak baik, atau hatinya jahat.
PASAL 10
: MENGAMBIL PELAJARAN
A. Saat-Saat
Mengambil Pelajaran
Para pelajar harus menambah ilmu setiap ilmu setiap hari agar dapat
kemuliaan.Harus selalu membawa buku dan pulpen, untuk menulis ilmu yang
bermanfaat yang ia dengar setiap saat. Karena ilmu yang dihafal suatu ketika
bisa lupa, sedangkan ilmu yang ditulisakan tetap abadi.
B. Mengambil
Pelajaran Dari Para Sesepuh
Para pelajar seharusnya
bisa mengambil pelajaran dari para sesepuh dan mencecap ilmu mereka. Tidak
setiap yang telah berlalu bisa didapatkan kembali.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ustadz Syaikhul Islam
dimsa tua beliau : Banyaklah orang-orang tua yang agung ilmu dan keutamaannya,
saya ketemu tapi tidak mengambil sesuatu yang baik dari padanya, maka atas
kelewatan tersebut.
C. Prihatin
Dan Rendah Dimata Manusia
Para pelajar harus sanggup menanggung derita hidup yang
terpandang rendah di mata manusia, selama menuntut ilmu, karena seorang murid
itu harus bercumbu rayu dengan guru, temannya dan juga orang-orang lain untuk
mengambil pelajaran dari mereka.
PASAL 11
: WARO’ PADA MASA
BELAJAR
A.
Waro’
Dalam masalah waro’, sebagian ulama meriwayatkan hadist
dari Rasulullah saw. : “Barang siapa tidak berbuat waro’ waktu belajarnya,
maka Allah memberinya ujian dengan salah satu tiga perkara : dimatikan masih
berusia muda, ditempatkan pada perkampungan orang-orang bodoh atau dijadikan
pengabdi sang pejabat”. Jikalau mau membuat waro’ maka ilmunya lebih
bermanfaat, belajarpun mudah dengan banyak-banyak berfaedah.
Termasuk berbuat waro’ adalah memelihara dirinya jangan
sampai perutnya kenyang amat, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal
yang tak bermanfaat.Dan menyingkiri makanan masak di pasar jika mungkin
karena makanan ini lebih mudah terkena najis dan kotor, jauh dari dzikrillah,
bahkan membuat lengah dari Allah, juga orang-orang fakir mengetahui sedang
tidak mampu membelinya yang akhirnya berduka lara, sehingga berkahnyapun
menjadi hilang karena hal-hal tersebut.
Termasuk waro lagi hendaknya menyingkiri kaum perusak,
maksiat dan penganggur, sebab perkumpulan itu membawa pengaruh. Menghadap
kiblat waktu belajar, bercerminkan diri dengan sunah Nabi, mohon dido’akan oleh
para ulama ahli kebajikan dan jngan sampai terkena do’a tidak baiknya orang
teraniaya kesemuanya itu termasuk waro’.
B.
Menghadap Qiblat
Para pelajarseharusnyadalambelajarmenghadapkiblat agar pembelajaran yang
dipelajaribermanfaatdanmenentukkankarakteristikdankesuksesannya.
C.
Perbuatan Adab dan Sunnah
Pelajar hendaknya
tidak mengabaikan perbuatan-perbuatan yang berstatus adab kesopanan, dan
amal-amal kesunahan. Sebab siapa yang mengabaikan adab menjadi tertutup dari
yang sunah, yang mengabaikan sunah tertutup dari fardlu, dan berarti tertutup
dari kebahagiaan akhirat.Pelajar
hendaknya selalu membawa buku untuk dipelajari. Ada dikatakan :
“Barangsiapa tak ada buku di sakunya, maka tak ada hikmah di
hatinya.” Lalu buku itu hendaknya berwarna putih. Juga hendaknya membawa
botol dawat, agar bisa mencatat segala pengetahuan yang di dengar. Sebagaimana
di atas telah kami kemukakan Hadist riwayat Hilal bin Yasar.
PASAL 12
: HAL-HAL YANG
MEMBUAT HAFAL DAN MUDAH LUPA
A.
Beberapa Sebab Kuat Hafalan
Yang paling kuat menyebabkan mudah hafal adalah
kesungguhan, kontinuitas, mengurangi makan dan shalat di malam hari. Membaca
Al-Qur’an termasuk penyebab hafalan seseorang, ada dikatakan : “Tiada
sesuatu yang lebih bisa menguatkan hafalan seseorang, kecuali membaca Al-Qur’an
dengan menyimak. “Membaca Al-Qur’an yang dilakukan dengan menyimak itu
lebih utama, sebagaimana sabda Nabi saw : “Amalan umatku yang paling utama
adalah membaca Al-Qur’an dengan menyimak tulisannya.”Termasuk penguat
hafalan lagi, yaitu waktu mengambil buku berdo’a: Bimillahi wasubhanallohi
walhamdulillahi wala illaha illallohu wallohu akbar wala haula wala kuwwata
illa billahil a’liyyil a’zhimil a’jijil a’limi a’dada kulli harfin kutiba
wayuktabu abadal abidina wadahroddahirina.
Artinya : (Dengan menyebut Asnma Allah, Maha suci Allah,
segal puji milik Allah dan tiad tuhan selain Allah yang Maha Agung, tiada daya
dan kekuatan selain atas pertolongan Allah Yang Maha Mulya Agung Luhur Lagi Mah
Mengetahui, sebanyak huruf yang tertulis dan akan di tulis, berabad-abad dan
sepanjang masa). Dan setiap selesai menulis berdo’a : Amantu billahil wahidi
wahdahu lasyarika lahu wakapartu bima siwahu.
Artinya: (Aku beriman kepada Allah Yang Tunggal, Maha
Esa, berkesendirian tiada teman dalam ketuhannaNya, dan saya hindari dari
bertuhan kepad selainNya).Dan dengan banyak
membaca shalawat Nabi Saw.
Bersiwak, minum madu, makan kandar (kemenyan putih),
bercampur gula dan menelan buah zabib merah 21 butir setiap hari, kesemuanya
dapat mempermudah hafal lagi dapat mengobati berbagai macam penyakit. Segala
sesuatu yang bisa mengurangi pelendiran dahak dan mengurangi pelemakan kulit
badan yang diakibatkan terlalu banyak makan, adalah juga bisa memperkuat
hafalan. Sesuatu yang memperbanyak lendir dahak, akan membuat orang jadi pelupa.
B.
Penyebab Lupa
Penyebab lupa
adalah laku maksiat, banyak dosa, gila dan gelisah karena urusan dunia. Seperti
telah kami kemukakan di atas, bahwa orang yang berakal itu jangan tergila-gila
dengan perkara dunia, karena akan membahayakan dan sama sekali tidak ada
manfaatnya. Gila dunia tak lepas dari akibat kegelapan hati, sedang gila
akhirat tak lepas dari akibat hati bercahaya yang akan tersakan di kala shalat.
Kegilaan dunia akan menghalangi berbuat kebajikan, tetapi kegilaan akhirat akan
membawa kepada amal kebajikan.
PASAL 13
: HAL-HAL YANG
MENDATANGKAN RIZKI DAN MENJAUHKAN DAN YANG MEMPERPANJANG USIA SERTA YANG
MEMOTONG
A.
Saran Extern Untuk Belajar
Pelajar harusnya membutuhkan pasokan dari luar missalnya makan untuk mendukung
aktivitasnya dalam belajar.Dengan demikian, perlulah mengetahui hal-hal apa yang
dapat mendatangkannya secara lebih banyak, mengetahui hal-hal yang menyebabkan
panjang usia dan badan sehat. Agar dengan begitu, bisa mempertahankan
konsentrasi belajarnya. Untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut, telah banyak para
ulama’ yang menyusun kitabnya.
B.
Pendatang Rizki
Sesungguhnya lantaran perbuatan dosanya, rizki seseorang
menjadi tertutup. Terutama berbuat dusta adalah mendatangkan kefakiran.Demikian pula,
tidur di pagi hari dan banyak tidur, keduanya mengakibatkan kemelaratan harta.
Dan juga kemelaratan ilmu.Tidur dengan
telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub atau sambil
bertelekan, membiarkan sisa makanan berserakan, membakar kulit berambang atau
dasun, menyapu lantai dengan kain, atau di waktu malam, Membiarkan sampah
berserakan mengotori rumah, lewat di depan pini sepuh, Memanggil orang tua
tanpa gelar (seperti pak, mas, dan sebagainya.) membersihkan sela gigi dengan
benda kasar, melumurkan debu atau debu pada tangan, duduk di beranda pintu,
bersandar pada daun pintu, berwudhu di tempat orang istirahat, menjahit pakaian
yang sedang di pakai, menyeka muka dengan kain, membiarkan sarang lebah berada
dirumah, meringankan shalat, bergegas keluar masjid setelah shalat Shubuh,
pergi ke pasar pagi-pagi, membeli makanan dari peminta-minta, mendo’akan buruk
kepada anak, membiarkan wadah tidak tertutupi, mematikan lampu dengan meniup,
kesemuanya itu dapat mendatangkan kepakiran sebagaimana yang diterangkan dalam
atsar.
Dan Lagi :
Menulis dengan pena rusak, menyisir dengan sisir yang rusak, tidak mau mendo’akan
bagus kepada orang tua, memakai serban sambil berdiri, memakai celana sambil
duduk, kikir, terlalu hemat, atau berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta,
bermalasan dan menunda atau menyepelekan suatu urusan semuanya membuat fakir
seseorang.
Bangun pagi-pagi
itu di berkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan, khususnya rizki. Bisa
menulis bagus itu adalah pintu rizki. Air muka berseri dan tutur kata manis
akan menambah banyak rizki.Penyebab
terkuat untuk memperoleh rizki adalah melakukan shalat dengan rasa ta’dzim,
khusu, dengan menyempurnakan segala rukun, wajib, sunah dan adabnya. Demikian
pula melakukan shalat dhuha, seperti yang telah dikenal. Juga membaca surat
waqi’ah, khususnya di malam hari sewaktu orang tertidur; membaca surat Al-Mulk,
Al-Muzammil, Al-lail dan Al-insyirah; telah datang di mesjid sebelum
dikumandangkan adzan; selalu suci; melakukan shalat sunat sebelum shubuh; dan
melakukan shalat witir di rumah, lalu jangan berbicara urusan dunia sesudahnya
dilakukan.Termasuk penyebabnya lagi, yaitu jangan terlampau banyak bergaul
dengan wanita, kecuali bila ada keperluan yang baik.Jangan pula omong
kosong yang tidak berguna untuk agama dan dunia.
Diantara perbuatan yang menambah rizki lagi, adalah
membaca do’a di waktu antar terbit fajar hingga masuk waktu shalat. Do’anya
yaitu : Subhannallahil wabihamdihi astagfirullahu wa atubu ilaihi.Setiap pagi
dan petang membaca do’a : Laillaha illallahul malikul haqqul mubin. (Tiada
Tuhan selain Allah, Raja yang Benar dan Maha Jelas) berulang 100 kali; tiap-tiap
sesudah pajar dan magrib berdo’a : Al-Hamdulillahi wasubhanallohi wala ilaha
illallah. (Segala puji bagi Allah, Maha suci Allah dan tiada tuhan selain
Allah) berulang 33 kali. sesudah shalat shubuh membaca istigfar 70 kali;
memperbanyak ucapan : Lahaula wala kuwwata illa billahil a’liyyil a’dzim (Tiada
daya dan kekuatan melainkan dari pertolongan Allah yang Mha Mulya Lagi Maha
Agung) beserta shalawat Nabi saw.
Di hari jum’at membaca : Allahumma agnini bihalalika
a’nharomika wakfini bifadlika a’man siwaka (Ya Allah cukupkan aku dengan yang
halal dari yang haram, cukupilah aku dengan anugrahmu daripada selain Kamu)
berulang 70 kali; setiap siang dan malam, membaca pujian : Antallahul a’jijul
hakim antallahul malikul kuddusu antallahu halimul karimu antllahu kholikul
khoiri wa syarri antallahu kholikul jannati wan nari a’limul ghoibi wasyahadati
a’limus syirri wa akhfa antallahul khabirul muta’alu antallahu kholiku khulli
syai’in wailaihi yau’du kulli syai’in antallahu dayyanu yaumiddinni lam tajal
wala tajalu antallahu lailla hailla anta antallahul ahadhus shamadu lam yalid
walam yulad walam yakul lahu khufuwan ahad antallahu laillaha illa antar
rohmanur rohimu antallahu laillaha illa antal khilikul bari’ul mushowwiru lahul
asma’ul khusna yusabbihu lahu ma pissamawati wal ardhi wahuwal a’jijul hakim.
(Engkaulah Allah Yang Maha Mulya dan lagi Maha Bijaksana).
C.
Penambah Usia
Diantara sebab usia menjadi panjang, ialah berbuat bakti,
menyingkiri perbuatan yang menyakitkan orang lain, menghormati sesepuh dan
bersilatu rahmi. Demikian pula, di setiap pagi dan sore selalu membaca :
Subhanallahi milal mijani wamuntahal ilmi wamablaghar ridha wajinatal arsyi
wala illaha illallahu mil’al mijani wamuntahal ilmi wamablaghar ridha wajinatal
arsyi wallahu akbar mil’al mijani wamuntahal ilmi wamablaghar ridha wajinatal
arsyi. (Maha suci Allah dengan sepenuh mijan sejauh ilmu sejauh ridha setimbang
arasy, tiada tuhan selain Allah dengan sepenuh mizan sejumlah ilmu sejauh ilmu
setimbang arasy, dan Allah Maha Agung dengan sepenuh mizan sejumlah ilmu sejauh
ridha setimbang arasy berulang 3 kali).
Disamping itu, hendaknya jangan menebang pepohonan yang
masih hidup kecuali atas terpaksa, melakukan wudlu dengan sempurna, melakukan
shalat dengan ta’dhim, haji qiran dan memelihara kesehatan.
D.
Kesehatan Badan.
Tiada boleh
tidak, seseorang harus tahu sebagian ilmu kesehatan, dan mengambil berkah dari
beberapa atsar mengenai kesehatan agar hidup menjadi berkah.
ANALISIS
DAN KOMENTAR
Pemaparan yang tersaji dalam kitab ini
sangatlah bermakna dan patut kita amalkan. Dari mulai etika dalam belajar,
makan, bagaimana cara kita supaya khidmat kepada gurum dst. Karena setiap
kepribadian seseorang terletak pada bagaimaa kita bersikap dan bertingkah laku
baik terhadap diri sendiri dan orang lain. Apalagi kita yang statusnya sebagai
calon guru menghadapi peserta didik itu harus benar-benar Lillahita’ala, agar
kelak ilmu yang kita sampaikan kepada mereka sangat bermanfaat.
Isi dari kitab ini sangat erat
kaitannya dengan mata kuliah yang saya pelajari yaitu Etika Profesi Keguruan.
Menciptakan suasana yang religius itu tidak gampang, melainkan harus ada
panggilan hati dari seseorang terhadap sesuatu yang dianggap terpuji.