1. Pengertian perilaku konsumtif
Kata
“konsumtif” (sebagai kata sifat; lihat akhiran –if) sering diartikan
sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu
pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan
konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
mencapai kepuasan yang maksimal
Konsumtif
biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang
memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang
dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Misalnya sebagai ilustrasi,
seseorang memiliki penghasilan 500 ribu rupiah. Ia membelanjakan 400
ribu rupiah dalam waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa
100 ribu ia belanjakan sepasang sepatu karena sepatu yang dimilikinya
untuk bekerja sudah rusak. Dalam hal ini orang tadi belum disebut
berperilaku konsumtif. Tapi apabila ia belanjakan untuk sepatu yang
sebenarnya tidak ia butuhkan (apalagi ia membeli sepatu 200 ribu dengan
kartu kredit), maka ia dapat disebut berperilaku konsumtif.
Pengertian
perilaku menurut Sarwono adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh satu
individu dengan individu lainnya dan bersifat nyata. Perilaku mempunyai
dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara
sempit. Pengertian perilaku secara luas mencakup segala sesuatu yang
dilakukan atau dialami seseorang, sedangkan dalam arti sempit perilaku
mencakup semua reaksi yang dapat diamati.
Pengertian
konsumsi menurut Zain dan Badudu adalah pemakaian barang-barang hasil
industri, barang-barang keperluan sehari-hari. Menurut Barnhart dan
Williams istilah konsumsi berasal dari bahasa latin yaitu consumere dan
consummare. Consumere mempunyai arti menggunakan sepenuhnya atau
seluruhnya. Adapun consummare mengandung arti menghimpun, menjumlahkan,
atau melengkapi.
Menurut
Schiffman dan Lazar konsumen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
konsumen perseorangan dan konsumen organisasi. Konsumen perseorangan
yaitu seseorang yang membeli barang dan menggunakan jasa untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, sedangkan konsumen organisasi yaitu seseorang yang
membeli produk, perlengkapan, dan jasa untuk menjalankan suatu
perusahaan. Menurut Walters konsumen adalah individu yang membeli atau
mempunyai kapasitas untuk melakukan pembelian terhadap barang dan jasa
yang ditawarkan oleh pihak institusi pemasaran dalam rangka memenuhi
kebutuhannya dan memuaskan keinginannya.
Berdasarkan
pengertian konsumen dan perilaku diatas dapat dijelaskan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan individu yang secara langsung
terlibat dalam usaha memperoleh barang-barang jasa ekonomis termasuk
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
tindakan-tindakan tersebut. Engel menambahkan bahwa perilaku konsumen
tidak hanya melibatkan apa yang dikonsumsi seseorang tetapi juga
menyangkut dimana, seberapa sering, dan dalam kondisi seperti apa barang
dan jasa tersebut dikonsumsi.
Dahlan
menyatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang
ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala
hal yang dianggap paling mahal dan memberikan kepuasaan dan kenyamanan
fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan
dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan
semata-mata.
Menurut Sumartono seseorang yang konsumtif mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Membeli produk untuk menjaga status, penampilan, dan gengsi.
- Memakai sebuah produk karena adanya unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan produk tersebut.
- Adanya penilaian bahwa dengan memakai atau membeli produk dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri.
- Membeli produk dengan pertimbangan harga bukan karena manfaat dan kegunaannya.
- Membeli karena kemasan produk yang menarik.
- Membeli produk karena iming-iming hadiah.
- Mencoba produk sejenis dengan dua merk yang berbeda.
Dapat
disimpulkan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku membeli
barang-barang dan jasa yang sifatnya kurang diperlukan dan hanya
mementingkan faktor keinginan dan kesenangan dibandingkan dengan faktor
kebutuhan.
2. Faktor Pendorong Gaya Hidup Konsumtif
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif dikalangan mahasiswa :
- terpengaruh penampilan produk atau kemasanproduk dan iklan,
- terhegemoni akan hypermarket maupun supermarket yang ada di lingkungan,
- Keinginan mengikuti trend dan mode
- bagaiamana tanggapan orang tua terhadap perilaku konsumtif.
Peran
status ekonomi orang tua tidak begitu berpengaruh terhadap perilaku
konsumtif anaknya (mahasiswa). Disini pada dasarnya orang tua tidak
pernah memberikan uang tambahan untuk jalan-jalan atau membeli pakaian.
Tetapi disini anak malah yang menyalahgunakan uang yang diberikan oleh
orang tuanya karena mereka meminta uang tambahan jarang diberi oleh
orang tuanya maka jalan satu-satunya mereka yaitu bohong minta uang
alasannya untuk mengerjakan tugas padahal disini uang digunakan untuk ke
mall, atau beli pakaian, untuk jalan dll. Mereka juga terhegemoni mall
karena mereka mempunyai rasa gengsi dengan teman sepergaulan. Dan kadang
mereka membeli suatu produk juag dipengaruhi oleh adanya iklan media
cetak. Karena sebagian besar mahasiswa dapat dilihat jika dikampus
berpenampilan gaul-gaul otomatis kalau tidak bisa mengikutinya pasti
akan minder. Anak bisa membeli barang atau tidak juga didasari oleh
kebutuhan orang tua banyak atau tidak pengeluarannya tiap bulannya. Jika
pengeluaran orang tua tidak banyak maka terkadang anak juga diberi uang
tambahan jika meminta tetapi uang tersebut digunakan untuk jalan-jalan
tadi. Disitu mahasiswa bisa selalu mengikuti trend yang selalu
berkembang, dan tidak lagi ketinggalan dengan trend ataupun malu dengan
teman lainnya. Jelas bahwa bisa tidaknya mahasiswa untuk berperilaku
konsumtif dipengaruhi oleh peran status ekonomi orang tuanya. Dan dalam
pemilihan fashion bagi mereka adalah trend dan desain yang utama lalu
merk juga penting karena paling tidak kualitas juga bagus jika merknya
bagus. Pada dasarnya membeli barang di mall alasannya adalah kualitas
terjamin dari segi awet dan enak tidaknya dipakai. Yang jelas tingkat
konsumtif antara mereka yang berstatus ekonomi tinggi, sedang dan rendah
ada perbedaan. Meskipun mereka yang berstatus ekonomi rendah juga bisa
berpenampilan konsumtif tetapi tingkatan konsumtifnya berbeda dengan
mereka yang berstatus ekonomi tinggi dan sedang dikarenakan faktor
ekonomi dari orang tuanya.
3. Cara mengatasi budaya konsumtif :
- Membuat
daftar belanja yang diinginkan dan dibutuhkan. Diutamakan barang yang
dibutuhkan, untuk menghindari terbuangnya uang untuk barang yang
sia-sia. - Tanyakan diskon khusus.
- Selalu update jadwal diskon.
- Gunakan kupon belanja.
- Jangan terlalu fanatik pada satu nama perancang.
- Tunggulah diskon perancang. Bersabar sampai barang-barang yang “mahal harus punya” sampai turun harga.
- Kunjungi pameran. Selain menawarkan harga untuk model terbaru, juga tersedia berbagai hadiah saat pameran.
terimakasih,,,,semoga bermanfaat